Dakwah yang dilakukan
oleh Rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di Mekkah dan Madinah. Pada awal
periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi,mendatangi
orang-orang dekatBeliau antara lain istri Beliau Khadijah, keponakannya
Ali, budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam.
Ketika turun surat al
Muddatstsir : 1-2, Rasululah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap
bertemu orang Beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk Islam (masih
dalam keadaan sembunyi-sembunyi).
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),2,. bangunlah, lalu
berilah peringatan!
3. dan Tuhanmu
agungkanlah! 4.dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa
tinggalkanlah,
6. dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Ketika Abu Bakar
menyatakan masuk Islam, dan menampakkannya kepada orang-orang yang dia
percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah yang juga masuk Islam.
Dan seterusnya diikuti
oleh yang lain seperti Abu ‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll.
Beliau menjadikan rumah Arqom bin Abi al Arqom sebagai pusat pengajaran dan
sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang dalam bahasa kita tepatnya disebut
sekretariat.
Di
tempat ini Rasulullah mengajarkan hukum-hukum Islam, membentuk kepribadian
Islam serta membangkitkan aktivitas berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau
menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3 tahun dan menghasilkan 40 orang lebih yang
masuk Islam.
Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun
pola pikir yang Islami (‘aqliyah
islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam)
yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu.
Hal ini bertepatan dengan turunnya surat al
Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara
terang-terangan dan terbuka.
Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah dari
tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan
dakwah secara terang-terangan (daur al i’lan).
Dari tahapan kontak secara individu menuju tahap menyeru
seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara
keimanan dan kekufuran, antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang
batil. Tahapan ini disebut marhalah al tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi
dan perjuangan.
Di tahapan ini kaum
kafir mulai memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para
sahabatnya. Ini adalah periode yang paling berat dan menakutkan di antara
seluruh tahapan dakwah.
Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh
Ja’far bi Abi Thalib diperintahkan oleh rasul untuk melakukan hijrah ke
Habsyi.
Sementara Rasulullah
dan sahabat yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi (kontak) para ketua
kabilah atau ketua suku baik itu suku yang ada di
Mekkah maupun yang ada di luar Mekkah.
Terutama ketika musim
haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya datang ke Mekkah untuk melakukan
ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk Islam atau minimal
memberikan dukungan terhadap perjuangan Rasulullah.
Benturan antara
Rasulullah dengan kafir Quraisy terjadi karena Rasulullah dan para sahabat
selalu melecehkan khayalan mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, menyebarkan
rusaknya kehidupan mereka yang rendah, dan mencela cara-cara hidup mereka yang
sesat.
RASULULLAH TIDAK
PERNAH BERKOMPROMI APALAGI BEKERJASAMA MENJALANKAN SISTEM KEHIDUPAN RUSAK DAN
SESAT BUATAN MANUSIA SYSTEM JAHILIYAH.
Al Qur’an senantiasa
turun kepada Beliau, dan menyerang orang-orang kafir secara gamblang :
“sesunggunya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan neraka
jahannam.” (TQS 21 : 98).
Al Qur’an juga menyerang praktek riba yang telah
turun temurun mewarnai kehidupan jahiliyah : “dan segala hal yang kalian datangkan berupa riba agar
dapat menambah banyak harta manusia, maka riba itu tidak menambah apapun di
sisi Allah.” (TQS 30:39),
demikian juga dengan
kecurangan2 dalam takaran yang sangat biasa terjadi : “kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi.” (TQS 83:1-3).
Akibatnya,
manusia-manusia jahil itu menghalangi dan menyakiti Rasulullah dengan fitnah,
propaganda yang menyesatkan, pemboikotan bahkan penyiksaan fisik.
Di tengah cobaan yang
sangat berat tersebut, datanglah kabar gembira akan kemenangan dari Madinah.
Hal ini terjadi ketika beberapa orang dari suku khazraj datang ke Mekkah untuk berhaji.
Kemudian
Rasulullah mendatangi mereka, berdakwah kepada mereka
dan merekapun akhirnya masuk Islam. Setelah selesai melaksanakan haji dan mereka kembali ke Madinah, mereka
menceritakan keislaman mereka kepada kaumnya.
Sejak saat itu cahaya
Islam mulai muncul di Madinah.
Pada
musim haji tahun berikutnya, datang 12 orang dari Madinah ke Mekkah, lalu
mereka membai’at Rasulullah dalam peristiwa Bai’at ‘Aqobah pertama
Bai’at ini adalah sebuah
pernyataan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka akan berpegang teguh pada
risalah Islam dan meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang rusak dan sesat
yang selama ini mereka praktekkan dalam kehidupan. Ketika penduduk Madinah ini
akan kembali, Rasulullah memerintahkan Mush’ab
bin Umair untuk ikut bersama
mereka dan mengajarkan Islam
kepada penduduk Madinah.
Berbeda dengan penduduk Mekkah yang jumud dan berusaha untuk
mempertahankan status quo, terutama para penguasa kekufuran seperti Abu Lahab, Abu Jahal
dan Abu Sofyan, penduduk Madinah lebih baik dan bersahabat dengan
Islam.
Mereka mau menerima
agama baru tersebut. Bahkan ketika musim haji tiba dan Mush’ab kembali
ke Mekkah serta melaporkan kepada Rasulullah tentang kondisi
perkembangan Islam di Madinah yang sangat baik, Rasulullah mulai berpikir untuk
memindahkan medan dakwah dari Mekkah ke Madinah.
Ketika
rombongan haji dari Madinah yang berjumlah 75 orang datang,
terjadilah peristiwah Bai’at Aqobah kedua. Bai’at ini adalah sebuah pernyataan dan janji di hadapan Rasulullah
bahwa mereka penduduk Madinah akan melindungi Rasulullah dan menyerahkan
kekuasaan kepada Rasulullah untuk memimpin mereka baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun memimpin mereka berperang melawan orang-orang yang
menghalangi risalah Islam.
Tidak lama setelah itu
Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke
Madinah dan Rasulullah menyusul kemudian.
Sejak tiba di
Madinah, Rasulullah memerintahkan
para sahabatnya membangun masjid sebagai tempat sholat, berkumpul,
bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan ummat. Daulah Islam (Negara Islam) tegak di Madinah tanpa
perang dan Rasulullah saw mulai mengatur kehidupan masyarakat dengan Syariat
Islam kaffah .
Sekaligus memutuskan perkara yang ada
di antara mereka dengan syariat Islam.
Beliau menunjuk Abu
Bakar dan Umar sebagai pembantunya. Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku di
bumi adalah Abu Bakar dan Umar.” Dengan demikian Beliau berkedudukan
sebagai kepala negara, qlodi dan panglima militer.
Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi
di antara penduduk Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi
dan mengirimkannya ke luar Madinah.
Negara
Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang berdiri
di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu melindungi
negara dan menyebarkan dakwah.
Setelah seluruh persoalan dalam negeri stabil
dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkanpasukan militer untuk memerangi
orang-orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam. Wallah’alam.
Skema Metode Dakwah
Rasulullah
1.PERIODE MEKKAH
A. Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan
1. Pemantapan Aqidah
2. Pembentukan Syakhsiyah Islamiyah
3. Pembentukan Kutlah/kelompok Dakwah
B. Tahapan Interaksi dan Perjuangan
1. Pertarungan Pemikiran (shira’ul fikr)
2. Perjuangan Politik (Kifahus siyasi)
2. PERIODE
MADINAH
C.Tahapan Penerapan Syariat Islam (tathbiq
ahkam al Islam)
Berdirinya Daulah /Negara Islam
1. Membangun Masjid
2. Membina Ukhuwah Islamiyah
3. Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4. Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5. Menyusun strategi politik dan militer
6. Dakwah&Jihad
(Menyebarkan Islam keseluruh penjuru Dunia )
Berdasarkan
sirah Rasulullah saw tersebut, HT menetapkan metode perjalanan dakwahnya dalam
3 (tiga) tahapan berikut :
Pertama,
Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang dilaksanakan
untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan metode Hizbut
Tahrir, dalam rangka pembentukan kerangka tubuh partai.
Kedua,
Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafa’ul Ma’a Al Ummah), yang
dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga umat
menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat berjuang untuk
mewujudkannya dalam realitas kehidupan.
Ketiga,
Tahapan Penerimaan Kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm), yang dilaksanakan
untuk menerapkan Islam secara menyeluruh dan mengemban risalah Islam ke seluruh
dunia.
Umat harus kita didik agar
menyadari bahwa:
Pertama,
kemaslahatan manusia di seluruh dunia wajib hanya dilihat dari sudut pandang
Islam.
Kedua,
kemaslahatan tersebut tidak mungkin terwujud kecuali dengan menerapakan sistem
Islam secara kaffah.
Ketiga,
upaya mewujudkan sistem Islam itu hanya ilusi jika tanpa menegakkan Khilafah.
Keempat, setiap upaya mewujudkan Khilafah itu mustahil tanpa
peran umat Islam.
Kelima,
berharap mendapat dukungan umat tanpa membangun kesadaran politik mereka adalah
tidak mungkin.
opini umum tersebut harus dibangun di atas kesadaran
umum, yakni kesadaran dengan menjadikan akidah Islam sebagai satu-satunya cara
pandang terhadap segala problem kehidupan sekaligus bagaimana solusinya.
Bagaimana secara praktis
membangun opini umum dan kesadaran umum seperti itu di tengah masyarakat?
Satu-satunya cara sebagaimana contoh Nabi saw. adalah
dengan mendidik dan membina umat dengan Islam. Hanya dengan Islam, tidak yang
lain; tidak demokrasi atau yang lain.
Dalam hal ini HT
membina umat dengan dua cara, yakni pembinaan umum dam khusus.
Pembinaan umum dilakukan dengan
kajian-kajian umum di masjid, mushala, sekolah, kampus, majelis taklim; melalui
seminar, diskusi, konferensi, muktamar; melalui siaran radio dan TV; melalui
tulisan di koran, majalah, jurnal, bulletin; dll.
- Adapun pembinaan khusus
diperuntukkan bagi siapa saja yang siap
menjadi kader dakwah, yakni melalui halqah mingguan dan bulanan. Di sinilah HT
menggodok para kadernya yang siap lahir batin berdakwah.
Tidak hanya berbekal semangat berkorban, tetapi juga
menguasai tsaqafah Islam yang memadai, khususnya terkait dengan bagaimana
menerapkan Islam secara kaffah dalam
Negara Khilafah.
Masih ada dua aktivitas lagi, yakni menjelaskan
kemaslahatan umat (tabanni mashalih al-ummah) dan membongkar persekongkolan
jahat penguasa dengan para penjajah untuk membinasakan Islam dan kaum Muslim.
Bagaimana secara praktis
mendapatkan dukungan dari ahlul quwwah?
Sebagaimana contoh dari Nabi saw., yakni dengan cara mendatangi dan mengontak mereka, menjelaskan kepada mereka
bahwa mereka Muslim dan menerangkan kewajiban mereka sebagai seorang Muslim;
lebih khusus lagi memaparkan kewajiban mereka sebagai ahlul quwwah terhadap
nasib umat saat ini.
Kepada mereka, Islam harus dijelaskan sebagai sebuah
mabda’ atau ideologi bukan sekedar ritual. Mereka harus paham tentang Khilafah
dan bagaimana cara menegakkannya. Kemudian kita mengajak mereka untuk
menegakkan Khilafah dalam kondisi mereka sebagai ahlul quwwah.
Hanya saja, keberhasilan thalabun-nuhsrah sangat
ditentukan oleh seberapa besar kekuatan HT, yakni seberapa banyak anggotanya
dan seberapa besar dukungan umat serta para tokohnya; juga ditentukan oleh
besar dan kuatnya opini umum sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Sikap apa yang
dibutuhkan dalam perjuangan penegakan Khilafah?
Istiqamah.
Ya hanya satu kata: istiqamah. Sikap istiqamah ini adalah hasil pergulatan
sepanjang hayat. Tidak mungkin bisa istiqamah jika kita tidak sabar dan syukur.
Tidak mungkin sabar dan syukur jika kita
tidak ikhlas. Tidak mungkin ikhlas jika tidak tawakal, yakni berserah diri yang
terbaik kepada Allah SWT. Tidak mungkin tawakal jika kita tidak beriman.
Ujung-ujungnya, sejauhmana kita beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya; juga
sejauh mana kita meyakini janji-janji-Nya.
Kita sudah tahu bagaimana akhir cerita perjuangan ini,
yakni menang. Itu janji Allah SWT. Namun, yang kita belum tahu bagaimana jalan
cerita detilnya. Di situlah terletak senyuman dan tangisan; air mata tangis dan
air mata bahagia. Allah SWT menguji kita
dengan kesulitan dan kemudahan. Namun, ibarat seorang ibu yang sedang hamil,
kita siap menanggung segala derita dan beban berat bahkan risiko kematian saat
melahirkan demi tangisan kecil sang bayi saat pertama bernafas menghirup udara
dunia. Kita harus siap menanggung beban
hingga Khilafah lahir membawa perubahan besar berupa kesejahteraan dunia
akhirat.
Termasuk istiqamah di sini adalah berpegang teguh dengan
syariah Islam ketika berdakwah, yaitu teguh dalam meneladani dakwah Nabi saw.
Jangan coba-coba membuat sendiri metode dakwah, karena selain pasti gagal, juga
tidak bernilai ibadah. Alhasil, metode dakwah Nabi saw. adalah harga mati!