Jumat, 28 April 2017

Skema Metode Dakwah Rasulullah


Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di Mekkah dan Madinah. Pada awal periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi,mendatangi orang-orang dekatBeliau antara lain istri Beliau Khadijah, keponakannya Ali, budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam. 

Ketika turun surat al Muddatstsir : 1-2, Rasululah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap bertemu orang Beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk Islam (masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi).

1. Hai orang yang berkemul (berselimut),2,. bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan Tuhanmu agungkanlah! 4.dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Ketika Abu Bakar menyatakan masuk Islam, dan menampakkannya kepada orang-orang yang dia percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah  yang juga masuk Islam.
Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti Abu ‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll. Beliau menjadikan rumah Arqom bin Abi al Arqom sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang dalam bahasa kita tepatnya disebut sekretariat.
Di tempat ini Rasulullah mengajarkan hukum-hukum Islam, membentuk kepribadian Islam serta membangkitkan aktivitas berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3 tahun dan menghasilkan 40 orang lebih yang masuk Islam.
Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir yang Islami (‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam) yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu. 
Hal ini bertepatan dengan turunnya surat al Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan terbuka.

Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah dari tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan dakwah secara terang-terangan (daur al i’lan).

Dari tahapan kontak secara individu menuju tahap menyeru seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran, antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut marhalah al tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan.

Di tahapan ini kaum kafir mulai memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah. 

Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh Ja’far bi Abi Thalib diperintahkan oleh rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi. 
Sementara Rasulullah dan sahabat yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi (kontak) para ketua kabilah atau ketua suku baik itu suku yang ada di Mekkah maupun yang ada di luar Mekkah.
Terutama ketika musim haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya datang ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk Islam atau minimal memberikan dukungan terhadap perjuangan Rasulullah.
Benturan antara Rasulullah dengan kafir Quraisy terjadi karena Rasulullah dan para sahabat selalu melecehkan khayalan mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, menyebarkan rusaknya kehidupan mereka yang rendah, dan mencela cara-cara hidup mereka yang sesat. 

RASULULLAH TIDAK PERNAH BERKOMPROMI APALAGI BEKERJASAMA MENJALANKAN SISTEM KEHIDUPAN RUSAK DAN SESAT BUATAN MANUSIA SYSTEM JAHILIYAH.

Al Qur’an senantiasa turun kepada Beliau, dan menyerang orang-orang kafir secara gamblang : “sesunggunya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan neraka jahannam.” (TQS 21 : 98). 
Al Qur’an juga menyerang praktek  riba yang telah turun temurun mewarnai kehidupan jahiliyah : “dan segala hal yang kalian datangkan berupa riba agar dapat menambah banyak harta manusia, maka riba itu tidak menambah apapun di sisi Allah.” (TQS 30:39), 
demikian juga dengan kecurangan2 dalam takaran yang sangat biasa terjadi : “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (TQS 83:1-3). 
Akibatnya, manusia-manusia jahil itu menghalangi dan menyakiti Rasulullah dengan fitnah, propaganda yang menyesatkan, pemboikotan bahkan penyiksaan fisik.
Di tengah cobaan yang sangat berat tersebut, datanglah kabar gembira akan kemenangan dari Madinah. Hal ini terjadi ketika beberapa orang dari suku khazraj datang ke Mekkah untuk berhaji. 
Kemudian Rasulullah mendatangi mereka, berdakwah kepada mereka dan merekapun akhirnya masuk Islam. Setelah selesai melaksanakan haji dan mereka kembali ke Madinah, mereka menceritakan keislaman mereka kepada kaumnya. 
Sejak saat itu cahaya Islam mulai muncul di Madinah.
Pada musim haji tahun berikutnya, datang 12 orang dari Madinah ke Mekkah, lalu mereka membai’at Rasulullah dalam peristiwa Bai’at ‘Aqobah pertama

Bai’at ini adalah sebuah pernyataan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka akan berpegang teguh pada risalah Islam dan meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang rusak dan sesat yang selama ini mereka praktekkan dalam kehidupan. Ketika penduduk Madinah ini akan kembali, Rasulullah memerintahkan Mush’ab bin Umair untuk ikut bersama mereka dan mengajarkan Islam kepada penduduk Madinah.
Berbeda dengan penduduk Mekkah yang jumud dan berusaha untuk mempertahankan status quo, terutama para penguasa kekufuran seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan Abu Sofyan, penduduk Madinah lebih baik dan bersahabat dengan Islam. 
Mereka mau menerima agama baru tersebut. Bahkan ketika musim haji tiba dan Mush’ab kembali ke Mekkah serta melaporkan kepada Rasulullah tentang kondisi perkembangan Islam di Madinah yang sangat baik, Rasulullah mulai berpikir untuk memindahkan medan dakwah dari Mekkah ke Madinah.

Ketika rombongan haji dari Madinah yang berjumlah 75 orang datang, terjadilah peristiwah Bai’at Aqobah kedua. Bai’at ini adalah sebuah pernyataan dan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka penduduk Madinah akan melindungi Rasulullah dan menyerahkan kekuasaan kepada Rasulullah untuk memimpin mereka baik dalam kehidupan sehari-hari maupun memimpin mereka berperang melawan orang-orang yang menghalangi risalah Islam. 
Tidak lama setelah itu Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Madinah dan Rasulullah menyusul kemudian.
Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun masjid sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan ummat. Daulah Islam (Negara Islam) tegak di Madinah tanpa perang dan Rasulullah saw mulai mengatur kehidupan masyarakat dengan Syariat Islam kaffah .
Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka dengan syariat Islam.
            Beliau menunjuk Abu Bakar dan Umar sebagai pembantunya. Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.” Dengan demikian Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qlodi dan panglima militer. 

Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke luar Madinah.
Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu melindungi negara dan menyebarkan dakwah.
Setelah seluruh persoalan dalam negeri stabil dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkanpasukan militer untuk memerangi orang-orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam. Wallah’alam.

Skema Metode Dakwah Rasulullah

1.PERIODE  MEKKAH
A. Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan
1.  Pemantapan Aqidah
2.  Pembentukan Syakhsiyah Islamiyah
3.  Pembentukan Kutlah/kelompok Dakwah
B. Tahapan Interaksi dan Perjuangan
1.  Pertarungan Pemikiran (shira’ul fikr)
2.  Perjuangan Politik (Kifahus siyasi)
2.  PERIODE  MADINAH
C.Tahapan Penerapan Syariat Islam (tathbiq ahkam al Islam)
Berdirinya Daulah /Negara Islam
1.  Membangun Masjid
2.  Membina Ukhuwah Islamiyah
3.  Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4.  Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5.  Menyusun strategi politik dan militer
6. Dakwah&Jihad (Menyebarkan Islam keseluruh penjuru Dunia )


Berdasarkan sirah Rasulullah saw tersebut, HT menetapkan metode perjalanan dakwahnya dalam 3 (tiga) tahapan berikut :
Pertama, Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang dilaksanakan untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan metode Hizbut Tahrir, dalam rangka pembentukan kerangka tubuh partai.
Kedua, Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafa’ul Ma’a Al Ummah), yang dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga umat menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat berjuang untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan.
Ketiga, Tahapan Penerimaan Kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm), yang dilaksanakan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia.
Umat harus kita didik agar menyadari bahwa:
Pertama, kemaslahatan manusia di seluruh dunia wajib hanya dilihat dari sudut pandang Islam.
Kedua, kemaslahatan tersebut tidak mungkin terwujud kecuali dengan menerapakan sistem Islam secara kaffah.
Ketiga, upaya mewujudkan sistem Islam itu hanya ilusi jika tanpa menegakkan Khilafah
Keempat, setiap upaya mewujudkan Khilafah itu mustahil tanpa peran umat Islam.
Kelima, berharap mendapat dukungan umat tanpa membangun kesadaran politik mereka adalah tidak mungkin.


opini umum tersebut harus dibangun di atas kesadaran umum, yakni kesadaran dengan menjadikan akidah Islam sebagai satu-satunya cara pandang terhadap segala problem kehidupan sekaligus bagaimana solusinya.
Bagaimana secara praktis membangun opini umum dan kesadaran umum seperti itu di tengah masyarakat?
Satu-satunya cara sebagaimana contoh Nabi saw. adalah dengan mendidik dan membina umat dengan Islam. Hanya dengan Islam, tidak yang lain; tidak demokrasi atau yang lain.
Dalam hal ini HT membina umat dengan dua cara, yakni pembinaan umum dam khusus.
 Pembinaan umum dilakukan dengan kajian-kajian umum di masjid, mushala, sekolah, kampus, majelis taklim; melalui seminar, diskusi, konferensi, muktamar; melalui siaran radio dan TV; melalui tulisan di koran, majalah, jurnal, bulletin; dll.
  • Adapun pembinaan khusus diperuntukkan bagi  siapa saja yang siap menjadi kader dakwah, yakni melalui halqah mingguan dan bulanan. Di sinilah HT menggodok para kadernya yang siap lahir batin berdakwah.

Tidak hanya berbekal semangat berkorban, tetapi juga menguasai tsaqafah Islam yang memadai, khususnya terkait dengan bagaimana menerapkan Islam secara kaffah  dalam Negara Khilafah.
Masih ada dua aktivitas lagi, yakni menjelaskan kemaslahatan umat (tabanni mashalih al-ummah) dan membongkar persekongkolan jahat penguasa dengan para penjajah untuk membinasakan Islam dan kaum Muslim.

Bagaimana secara praktis mendapatkan dukungan dari ahlul quwwah?

Sebagaimana contoh dari Nabi saw., yakni dengan cara  mendatangi dan mengontak mereka, menjelaskan kepada mereka bahwa mereka Muslim dan menerangkan kewajiban mereka sebagai seorang Muslim; lebih khusus lagi memaparkan kewajiban mereka sebagai ahlul quwwah terhadap nasib umat saat ini.

Kepada mereka, Islam harus dijelaskan sebagai sebuah mabda’ atau ideologi bukan sekedar ritual. Mereka harus paham tentang Khilafah dan bagaimana cara menegakkannya. Kemudian kita mengajak mereka untuk menegakkan Khilafah dalam kondisi mereka sebagai ahlul quwwah.

Hanya saja, keberhasilan thalabun-nuhsrah sangat ditentukan oleh seberapa besar kekuatan HT, yakni seberapa banyak anggotanya dan seberapa besar dukungan umat serta para tokohnya; juga ditentukan oleh besar dan kuatnya opini umum sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Sikap apa yang dibutuhkan dalam perjuangan penegakan Khilafah?
Istiqamah. Ya hanya satu kata: istiqamah. Sikap istiqamah ini adalah hasil pergulatan sepanjang hayat. Tidak mungkin bisa istiqamah jika kita tidak sabar dan syukur. Tidak mungkin sabar dan syukur  jika kita tidak ikhlas. Tidak mungkin ikhlas jika tidak tawakal, yakni berserah diri yang terbaik kepada Allah SWT. Tidak mungkin tawakal jika kita tidak beriman. Ujung-ujungnya, sejauhmana kita beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya; juga sejauh mana kita meyakini janji-janji-Nya.

Kita sudah tahu bagaimana akhir cerita perjuangan ini, yakni menang. Itu janji Allah SWT. Namun, yang kita belum tahu bagaimana jalan cerita detilnya. Di situlah terletak senyuman dan tangisan; air mata tangis dan air mata bahagia.  Allah SWT menguji kita dengan kesulitan dan kemudahan. Namun, ibarat seorang ibu yang sedang hamil, kita siap menanggung segala derita dan beban berat bahkan risiko kematian saat melahirkan demi tangisan kecil sang bayi saat pertama bernafas menghirup udara dunia.  Kita harus siap menanggung beban hingga Khilafah lahir membawa perubahan besar berupa kesejahteraan dunia akhirat.

Termasuk istiqamah di sini adalah berpegang teguh dengan syariah Islam ketika berdakwah, yaitu teguh dalam meneladani dakwah Nabi saw. Jangan coba-coba membuat sendiri metode dakwah, karena selain pasti gagal, juga tidak bernilai ibadah. Alhasil, metode dakwah Nabi saw. adalah harga mati!





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALAU BUKAN KHILAFAH, LALU DENGAN APA LAGI?

Oleh: Ahmad Sudrajat (Khadim Majlis Sirah Shahabat) Yasir bin Amir berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui s...