Jumat, 22 Juni 2018

KELEZATAN MAKSIAT DAN TAAT .



KELEZATAN MAKSIAT DAN TAAT
.
Oleh : KH. Hafidz Abdurrahman, MA
.
#WadahAspirasiMuslimah_ al-Hafidz Ibn al-Jauzi, dalam kitabnya, Shaid al-Khathir, menuturkan bahwa andai saja orang yang melakukan maksiat menyadari, betapa kenikmatan maksiat itu hanya sesaat, kemudian setelah itu dia merasakan akibat kemaksiatannya, yaitu kemurkaan Allah, dosa dan siksa-Nya, maka orang itu tidak akan sanggup melakukan maksiat.
.
Namun, yang terjadi adalah, orang itu terpesona dengan kenikmatan sesaat. Betapa tidak, orang berzina, hanya bisa merasakan nikmatnya zina saat sebelum dan setelah puncak kepuasan seksualnya. Itu pun tidak lama, tetapi setelah itu dia menderita. Bahkan, aibnya pun tak terperi. Terlebih, jika zinanya itu menghasilkan anak haram, maka beban itu akan ditanggung seumur hidup.
.
Tetapi, ada orang yang melakukan maksiat, berzina dan berzina, mencuri dan mencuri, makan riba dan makan riba, anehnya tetap merasa tidak ada masalah. Baginya, kemaksiatannya itu tidak ada dampaknya secara nyata dalam hidupnya. Dia pun enjoy menikmati hidup bergelimang maksiat. Apa yang sesunggunya terjadi pada orang seperti ini?
.
Ibn al-Jauzi memberika jawaban, "Kemaksiatan itu diganjar dengan kemaksiatan." maksudnya, ketika orang melakukan satu maksiat, lalu diikuti maksiat berikutnya, maka kemaksiatan berikutnya itu sesungguhnya adalah siksa Allah, tetapi dia tidak merasa, bahwa dia sedang disiksa oleh Allah. Sebaliknya, "Kebaikan setelah kebaikan adalah pahala bagi kebaikan itu."
.
Orang yang melakukan maksiat, terkadang tidak merasa dirinya melakukan maksiat. Padahal, dampak maksiatnya itu membuat hatinya tidak lagi merasakan nikmatnya ketaatan. Dia shalat dan berdoa pun tidak bisa khusyu'. Shalat dan doanya pun kehilangan ruhnya, akibatnya shalat dan berdoa, tetapi tidak ada pengaruhnya.
.
Bagi orang seperti ini, kelezatan munajatnya hilang. Kelezatan shalatnya hilang. Kelezatan membaca al-Qur'annya hilang. Kelezatan mengajinya hilang. Dia pun lama kelamaan akan malas munajat, karena tidak merasakan lagi nikmatnya munajad kepada Allah. Dia mulai meninggalkan shalat, karena shalatnya terasa hampa. Dia pun mulai meninggalkan al-Qur'an, karena baginya al-Qur'an tidak lagi menarik hatinya. Dia pun malas datang kajian, karena nikmat ketaatannya sirna. Akhirnya, dia pun jauh, dan semakin jauh dari ketaatan.
.
Maksiat itu telah membunuh kelezatan ketaatannya kepada Allah SWT. Jika kita sudah mulai dihinggapi tanda-tanda tadi, maka waspadalah. Segeralah kembali, sebelum jauh meninggalkan jalan Allah SWT.
.
Semoga kita bisa merasakan kelezatan taat kepada-Nya, dalam shalat, doa, mengaji, berdakwah dan berjuang untuk menegakkan agama-Nya.
.
=================================
Raih Amal Sholih dengan Ikut Serta Menyebarkan Status ini.
===============================
Facebook :
https://www.facebook.com/Wadah-Aspirasi-Muslimah-1951240191859944/
Twitter : www.twitter.com/muslimah_bogor2
Instagram: www.instagram.com/muslimah_bogor
Telegram : https://t.me/WadahAspirasiMuslimah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALAU BUKAN KHILAFAH, LALU DENGAN APA LAGI?

Oleh: Ahmad Sudrajat (Khadim Majlis Sirah Shahabat) Yasir bin Amir berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui s...