Minggu, 10 September 2017

AGAMA BUKAN WARISAN (syarat dan ketentuan berlaku *)


© Doni Riw
Ibrahim muda, adalah putra pembuat berhala. Tapi tak lantas ia menjadi penyembah berhala. Karena bagi manusia tipe cerdas semacam Ibrahim, agama bukanlah warisan.
Ibrahim muda, mencari kebenaran tentang siapa gerangan Tuhan nya, dengan cara memperhatikan alam semesta, manusia, dan kehidupan.
Ibrahim muda adalah tipe manusia cerdas, yang tak cukup puas beragama dengan warisan dan perasaan semata.
Ibrahim muda kemudian ia menemukan bintang, bulan, dan matahari. Tetapi semua terbukti terbatas. Telah jelas bahwa semua itu bukanlah yang dia cari.
Sang Khalik haruslah sesuatu yang tak terbatas, tak mati, tak bergantung pada yang lain.
Sang Khalik haruslah tak seperti bintang, bulan, matahari.
Sang Khalik haruslah tak seperti manusia yang dilahirkan dan mati. Karena dari Nya lah semua bergantung.
  • Sang Khalik harus tak sama dengan seluruh mahluk yang ada di semesta. Karena semua mahluk itu terbatas dan tergantung pada yang lain.

Sampai Ibrahim Muda mendapatkan hujjah langsung dari Sang Pencipta semesta.
Manusia cerdas semacam Ibrahim alaihis salam menyadari benar, bahwa seluruh tujuan dan aktivitas hidupnya harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Sang Pencipta; Allah ta'ala.
Bukan sesuai hawa nafsu keinginannya sendiri. Bukan mengikuti kelaziman tradisi kaumnya, bukan mengikuti warisan orang tua dan leluhurnya.
Pada waktu yang ditentukan, Nabiullah Ibrahim a.s. wafat dan diteruskan oleh nabi dan rasul setelahnya, hingga berujung pada Rasulullah Muhammad Sallalahu alaihi wasalam.
Rasulullah Muhammad saw membawa mukjizat yang tak lekang hingga akhir zaman; AlQuran.
Hujjah dan Wahyu Allah yang menjabarkan tentang tujuan hidupa manusia di dunia beserta tata caranya.
Tak ada jalan keselamatan yang lain di luar jalan yang telah Allah tunjukkan melalui mukjizat akhir zaman, AlQuran, dan diteladankan dalam kehidupan Rasulullah dan Hadits-haditsnya.
Kemukjizatan AlQuran nampak di depan mata. Orang berakal nan cerdas akan mempelajarinya, tidak akan menganggapnya angin lalu.
Para pencari kebenaran yg serius akan menerima tantangan untuk membuktikan ketidak mukjizatan AlQuran. Dengan menciptakan tandingan atasnya.
Jika penerima tantangan itu tak bisa minciptakan tandingan, dan pasti tak akan bisa, maka secara cerdas dan rendah hati dia akan tunduk dan patuh pada apa yang Allah turunkan tersebut.
Apapun agama yang diwariskan orang tua pada diri kita, ketiak kita telah cukup dewasa, maka carilah kebenarannya, belajarlah, mengajilah, hijrahlah.
Karena agama bukan warisan.
Jadilah secerdas dan seikhlas Nabiullah Ibrahim as dan Rasulullah Muhammad saw.
Allahuma sholiala sayidina Muhammad wa alaalihi sayidina Muhammad, kama solaita ala sayidina Ibrahim wa alaalih sayidina Ibrahim.
nb:
Syarat dan ketentuan berlaku. Khusus bagi tipe manusia cerdas yang ikhlas menerima kebenaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALAU BUKAN KHILAFAH, LALU DENGAN APA LAGI?

Oleh: Ahmad Sudrajat (Khadim Majlis Sirah Shahabat) Yasir bin Amir berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui s...