Senin, 25 September 2017

KEHIDUPAN DUNIA MENURUT AL QUR’AN



Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Qs.Al Hadid 20 

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.Qs.Al Hadid 21 

Allah menjelaskan beberapa hal tentang kehidupan dunia ini antara lain
  1. Kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah megah serta berlomba banyak tentang harta dan anak anak
  2. Perumpamaan kehidupan dunia seperti tanam tanaman yang tumbuh subur menghijau kemudian menjadi kuning , layu dan hancur. Dari tiada kembali menjadi tiada.
  3. Kehidupan yang abadi adalah kehidupan akhirat, disana ada ampunan dan keridhaan Allah dan ada pula azab yang pedih bagi para pembangkang yang tidak percaya pada Allah.
  4. Kehidupan  dunia ini  adalah kehidupan yang penuh kepalsuan dan tipuan , hati hati dan waspadalah menghadapinya.
  5. Allah menganjurkan pada orang yang beriman agar berlomba lomba meraih ampunan Allah dan syurga di akhirat yang luasnya seluas langit dan bumi
  6. Syurga itu disediakan bagi orang yang beriman pada Allah dan RasulNya.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis eras, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga). (QS.Al Imran 3:14) Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Mahamelihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. 3:15)

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS: Al-Qashash Ayat: 77)

Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu Anhu, beliau berkata, “Kami mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: 
Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannyadan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) dihadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)”.” [HR Ibnu Majah 4105, Ahmad 5/183, Ad-Daarimi 229, Ibnu Hibban 680]
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam duduk di mimbar sedangkan kami duduk di sekelilin beliau. Beliau bersabda,
إِنَّ مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ من بعدي ما يفتح عليكم من زهرة الدنيا و زينتها
“Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.”
Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah bersabda,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (QS Ali ‘Imran: 196-197).
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-‘Ankabut: 64).
Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”

18. Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.(Al Israak 18)





HAMBA DUIT - Felix Siauw


Termasuk hal yang bikin saya sebel diantara hal-hal yang paling nyebelin, ialah ketika segala sesuatu mesti diukur dengan yang namanya duit, serius jadi males banget
Sebab yang datang karena duit, juga pergi karena duit, yang dihargai sebab duitnya, akan dihina sebab duitnya juga. Kalau baasan awalnya udah duit, ilang semua makna
  • Minta ngisi kajian, belum-belum nanyanya "Bayarnya berapa?", belum-belum kerja sudah nanya "Aku dapet apa?", Beuhh.. seolah-olah nggak ada yang penting lainnya
  • Keberhasilan hidup harus dinilai dengan duit, prestasi harus diukur dengan duit, dakwah ditandai keberhasilannya dengan duit, lha ini apa-apaan lagi?
  • Cuma punya duit milyaran, orang kafir juga bisa, Qarun udah duluan, Furaun sudah mengungguli. Hanya donasi milyaran, Bill Gates juga sudah melakukan
  • Come on bro, hidup lebih dari sekedar duit, lebih indah dari sekedar apa yang bisa dilihat di dunia, lebih banyak dari apa yang bisa disediakan yang fana

Kita mungkin menolak disebut hamba duit, tapi tiap hari kita omongin itu, pencapaian diukur dari situ, buku-buku yang kita baca juga kebanyakan tentang itu
  • Kita ngomong kesuksesan batasannya pasti materi, yang kita sebut-sebut tiap hari tentang dunia, foto-foto bareng duit, lha apa yang ingin orang anggap tentang kita?
  • Been there, ketika saya menganggap duit bisa membuat saya lebih bahagia, lebih baik dalam berdakwah, lebih mudah dalam mengenalkan Islam, but I'm wrong
  • Bermanfaat nggak harus nunggu berduit, bahkan bahagia nggak ada hubungannya samasekali dengan duit. Kadang malah duit malah mengalihkan fokus kita yang utama

Kadang Allah memuliakan hamba-Nya dengan kekurangan duit, dan melebihkan hamba-Nya dengan lebih duit, by the way, orang kaya beneran juga gak banyak omong duit
  • Kalau duit hanya perantara, maka perantara itu tidak disebut-sebut lebih dari tujuan, tidak menonjol lebih dari tujuan, dan tidak pernah dibanggakan melebihi tujuan
  • Demikian nasihat bagi diri sendiri yang masih terbelenggu dunia, masih memerlukan duit, dan belum sepenuhnya bisa seperti para sahabat yang menjadikan duit hambanya 😑😑😑

Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah bersabda,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Minggu, 24 September 2017

"SPIRIT HIJRAH"

Buletin Kaffah No. 07, 2 Muharram 1439 H/22 September 2017 M
"SPIRIT HIJRAH"
Penanggalan Hijrah sebagai penanggalan Islam mulai digunakan semasa Khalifah Umar bin al-Khathab ra. Awal Tahun Hijrah berpatokan pada peristiwa hijrah Rasul saw. dari Makkah ke Madinah. Keputusan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. tersebut—yang kemudian disepakati oleh para sahabat—tentu memiliki makna besar. Peristiwa hijrah Baginda Nabi saw. dari Makkah ke Madinah adalah momentum penting dalam lintasan sejarah perjuangan Islam dan kaum Muslim. Dengan hijrah itulah masyarakat Islam terbentuk untuk pertama kalinya. Lewat pintu hijrah itu pula, Islam sebagai sebuah ideologi dan sistem bisa ditegakkan dalam intitusi negara, yakni Daulah Islamiyah di Madinah Munawarah.
Karena itu makna dan spirit hijrah itu penting untuk diresapi serta direalisasikan untuk menghela perubahan masyarakat saat ini. Dengan begitu akan terwujud kembali masyarakat Islam yang diliputi keberkahan dan keridhaan dari Allah SWT.
Hijrah Secara Bahasa
Hijrah secara bahasa berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu keadaan ke keadaan lain (Lisân al-‘Arab, V/250; Al-Qâmûs al-Muhith, I/637). Menurut Rawas Qal’ah Ji dalam Mu’jam Lughah al-Fuqahâ’, secara tradisi, hijrah bermakna keluar atau berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain untuk menetap di situ. Menurut al-Jurjani dalam At-Ta’rifât, hijrah adalah meninggalkan negeri yang berada di tengah kaum kafir dan berpindah ke Dâr al-Islâm.
Baginda Nabi saw. pernah bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
Muslim itu adalah orang yang menjadikan Muslim yang lain selamat dari lisan dan tangannya. Orang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa saja yang telah Allah larang (HR al-Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ahmad, dll).
Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fath al-Bâri bi Syarh Shahîh al-Bukhârî, juga al-’Alqami yang dikutip di dalam ‘Awn al-Ma’bûd, menjelaskan bahwa hijrah itu ada dua macam: zhâhirah dan bâthinah. Hijrah bâthinah adalah meninggalkan apa saja yang diperintahkan oleh hawa nafsu yang selalu memerintahkan keburukan (nafsu al-ammârah bi as-sû’) dan seruan setan. Hijrah zhâhirah adalah lari menyelamatkan agama dari fitnah (al-firâr bi ad-dîn min al-fitan).
Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Fath al-Bârî Syarhu Shahîh al-Bukhârî menjelaskan, asal dari hijrah adalah meninggalkan dan menjauhi keburukan untuk mencari, mencintai dan mendapatkan kebaikan. Hijrah secara mutlak dalam as-Sunnah ditransformasikan ke makna: meninggalkan negeri syirik (kufur) menuju Dâr al-Islâm. Jika demikian maka asal hijrah adalah meninggalkan apa saja yang telah Allah larang berupa kemaksiatan, termasuk di dalamnya meninggalkan negeri syirk untuk tinggal di Dâr al-Islâm. Dengan demikian hijrah yang sempurna (hakiki) adalah meninggalkan apa saja yang telah Allah SWT larang, termasuk meninggalkan negeri syirik (kufur) menuju Dâr al-Islâm.
Secara syar’i, menurut para fukaha, pengertian hijrah adalah keluar dari darul kufur menuju Darul Islam (An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah, II/276). Darul Islam adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariah Islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan keamanannya secara penuh berada di tangan kaum Muslim. Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariah Islam dan keamanannya tidak berada di tangan kaum Muslim sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam. Pengertian hijrah semacam ini diambil dari fakta hijrah Nabi saw. sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah (yang kemudian menjadi Darul Islam).
Dari semua itu, hijrah mungkin bisa dimaknai sebagai momentum perubahan dan peralihan dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari segala bentuk kejahiliahan menuju Islam dan dari masyarakat jahiliah menuju masyarakat Islam.
Alhasil, peralihan dan perubahan ke arah Islam dan masyarakat Islam itulah spirit hijrah. Tentu spirit hijrah seperti itu sangat relevan untuk kita wujudkan saat ini di tengah kehidupan kita kaum Muslim.
Kejahiliahan Modern
Kondisi masyarakat modern saat ini, jika dibandingkan dengan kondisi masyarakat jahiliah pra hijrah, tampak banyak kemiripan, dan bahkan dalam beberapa hal justru lebih buruk. Ciri utama masyarakat jahiliah dulu adalah kehidupan diatur dengan aturan dan sistem jahiliah buatan manusia. Pada masyarakat Quraisy, aturan dan sistem kemasyarakatan dibuat oleh para pemuka kabilah. Hal itu mereka rumuskan melalui pertemuan para pembesar dan tetua kabilah di Dar an-Nadwah. Kondisi yang sama persis juga berlangsung saat ini. Kehidupan diatur dengan aturan dan sistem buatan manusia yang dibuat oleh sekumpulan orang dengan mengatasnamakan rakyat.
Dalam aspek ekonomi ada riba, manipulasi, kecurangan dalam timbangan dan takaran, penimbunan, eksploitasi oleh pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi lemah, konsentrasi kekayaan pada segelintir orang, dsb. Semua itu kental mewarnai kehidupan ekonomi masyarakat jahiliah pra hijrah. Hal yang sama juga mewarnai kehidupan ekonomi modern saat ini. Penipuan ekonomi banyak terjadi. Harta juga terkonsentrasi pada segelintir kecil orang. Satu persen dari masyarakat menguasai lebih dari 60 persen kekayaan yang ada. Satu orang menguasai tanah ratusan ribu hektar bahkan lebih dari satu juta hektar. Riba merajalela. Bahkan saat ini riba justru menjadi pilar sistem ekonomi dan negara menjadi salah satu pelaku utamanya. Negara bahkan gemar menumpuk utang ribawi yang menjadi beban rakyat hingga Rp 3.700 triliun rupiah.
Pada aspek sosial, masyarakat jahiliah pra hijrah identik dengan kebobrokan moral yang luar biasa. Mabuk, pelacuran dan kekejaman menyeruak di mana-mana. Anak-anak perempuan yang baru lahir pun dibunuh, bahkan dengan cara dikubur hidup-hidup. Kondisi sosial masyarakat jahiliah itu juga banyak terjadi pada masyarakat modern saat ini. Perzinaan difasilitasi dengan lokalisasi dan dilegalkan atas nama investasi dan retribusi. Tak sedikit pula bayi yang dibunuh saat baru lahir. Jika dulu bayi perempuan yang dibunuh, sekarang bayi laki-laki atau perempuan yang dibunuh. Bahkan mereka dibunuh sebelum lahir melalui aborsi. Jumlahnya pun mencapai jutaan kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya.
Dalam aspek politik dan konstelasi internasional, bangsa Arab jahiliah pra hijrah bukanlah bangsa yang istimewa. Dua negara adidaya saat itu, Persia dan Byzantium, sama sekali tidak melihat Arab sebagai sebuah kekuatan politik yang patut diperhitungkan. Begitu pula saat ini. Negeri-negeri kaum Muslim, termasuk negeri ini, juga tidak pernah diperhitungkan oleh negara-negara lain, kecuali sebagai obyek jajahan. Kekayaan alam negeri kita dijadikan jarahan oleh negara-negara penjajah dan para kapitalis. Jutaan kilometer persegi perairan dan jutaan hektar daratan negeri ini sudah dikapling-kapling untuk perusahaan-perusahaan yang kebanyakan asing.
Karena itu tepat jika kondisi kehidupan saat ini disebut jahiliah modern. Maju secara sains dan teknologi, namun aturan dan sistemnya tetap aturan dan sistem jahiliah; aturan dan sistemnya tetap buatan manusia.
Spirit Hijrah Masa Kini
Fakta masyarakat dengan kejahiliahan modern itu perlu kita ubah menjadi masyarakat Islam. Inilah yang juga dilakukan oleh Rasul saw. dan para sahabat beliau. Di situlah pentingnya spirit hijrah. Spirit hijrah itu adalah spirit perubahan dan peralihan dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari segala bentuk kejahiliahan menuju Islam dan dari masyarakat jahiliah menuju masyarakat Islam. Inilah yang harus diwujudkan.
Perubahan tentu tidak akan datang begitu saja. Perubahan itu harus kita usahakan. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

...Sungguh Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri… (TQS ar-Ra’du [13]: 11).
Mewujudkan spirit hijrah itu tidak lain adalah dengan berjuang untuk membangun masyarakat Islam. Masyarakat Islam inilah yang juga dibangun oleh Rasul saw. dan para sahabat pasca hijrah ke Madinah. Masyarakat di Madinah pasca hijrah tetaplah masyarakat yang beragam, heterogen secara agama, suku, warna kulit dan lainnya. Keberagaman di masyarakat itu bisa dikelola dengan baik melalui penerapan syariah Islam secara kâffah atas semua warga negara.
  • Dengan demikian kunci perwujudan masyarakat islami pasca hijrah tidak lain adalah penerapan syariah Islam secara kâffah atas semua warga negara di dalam Daulah Islam.

‘Ala kulli hal, marilah kita sambut seruan Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian menuju suatu yang memberikan kehidupan kepada kalian (TQS al-Anfal [8]: 24).
WalLâhu a’lam. []
—————————***—————————
Hikmah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sungguh orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah, itulah mereka yang benar-benar mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS al-Baqarah [2]: 218).
وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الأرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Siapa saja yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Siapa saja yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpa dirinya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS an-Nisa’ [4]: 100).


UMAT ISLAM ADALAH UMAT TERBAIK 
UMAT YANG AKAN MEMIMPIN DUNIA 
KHALIFAH FIL ARD 
PEWARIS SURGA FIRDAUS 

UMAT YANG KUAT
UMAT NO 1
PEMIMPIN DUNIA 

“Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.(QS: Ali Imran Ayat: 110)
  • ISLAM PASTI MENANG 
  • KHILAFAH PASTI TEGAK 
  • PERCAYALAH ......

  • BANGKIT WAHAI PARA PENGEMBAN DAKWAH 
  • JANGAN TAKUT OLEH MANUSIA, REZIM PENJAHAT, 
  • TAKUTLAH HANYA KEPADA ALLAH SWT SAJA

Jumat, 22 September 2017

Khilafah itu bukan hanya mimpi tapi janji Allah


Ada yang bilang khilafah itu mimpi, khilafah itu gak mungkin
Faktanya Khilafah pernah ada , Khilafah pernah berkuasa hampir 2/3 dunia dan hampir 14 Abad

Ada yang bilang Khilafah itu berbahaya
Khilafah itu berdarah-darah

Fakatanya ketika Khilafah tegak dunia ini malah menjadi damai dan di ridhoi Allah
memang tidak bisa dipungkiri namanya perebutan kekuasaan ideologi penuh dengan berdarah-darah
tapi kalau lihat metode dakwah Rasulullah saw mendirikan daulah tidak ada tuh pertumpahan darah . 

Terus ada pertayaan Khilafah seperti apa yang akan diwujudkan
yaitu khilafah Khilafah ala minhaj nubuwwah.

baik dari metode menegakkannya sampai pelaksanaan syariah Islam secara sempurna



metode perjalanan dakwahnya dalam 3 (tiga) tahapan berikut :
Pertama, Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang dilaksanakan untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan metode Hizbut Tahrir, dalam rangka pembentukan kerangka tubuh partai.
Kedua, Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafa’ul Ma’a Al Ummah), yang dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga umat menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat berjuang untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan.
Ketiga, Tahapan Penerimaan Kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm), yang dilaksanakan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia.

Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di Mekkah dan Madinah. Pada awal periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi, mendatangi orang-orang dekat Beliau antara lain istri Beliau Khadijah, keponakannya Ali, budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam. 

Ketika turun surat al Muddatstsir : 1-2, Rasululah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap bertemu orang Beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk Islam (masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi).

Ketika Abu Bakar menyatakan masuk Islam, dan menampakkannya kepada orang-orang yang dia percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah  yang juga masuk Islam.

 Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti Abu ‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll. Beliau menjadikan rumah Arqom bin Abi al Arqom sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang dalam bahasa kita tepatnya disebut sekretariat.

Di tempat ini Rasulullah mengajarkan hukum-hukum Islam, membentuk kepribadian Islam serta membangkitkan aktivitas berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3 tahun dan menghasilkan 40 orang lebih yang masuk Islam.

Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir yang islami (‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam) yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu. 



Hal ini bertepatan dengan turunnya surat al Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan terbuka.

Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah dari tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan dakwah secara terang-terangan (daur al i’lan).

Dari tahapan kontak secara individu menuju tahap menyeruh seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran, antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut marhalah al tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan.

Di tahapan ini kaum kafir mulai memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah. 

Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh Ja’far bi Abi Thalib diperintahkan oleh rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi. 

Sementara Rasulullah dan sahabat yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi para ketua kabilah atau ketua suku baik itu suku yang ada di Mekkah maupun yang ada di luar Mekkah.

Terutama ketika musim haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya datang ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk Islam atau minimal memberikan dukungan terhadap perjuangan Rasulullah.

Benturan antara Rasulullah dengan kafir Quraisy terjadi karena Rasulullah dan para sahabat selalu melecehkan khayalan mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, menyebarkan rusaknya kehidupan mereka yang rendah, dan mencela cara-cara hidup mereka yang sesat. RASULULLAH TIDAK PERNAH BERKOMPROMI APALAGI BEKERJASAMA MENJALANKAN SISTEM KEHIDUPAN RUSAK DAN SESAT BUATAN MANUSIA JAHILIYAH.

Al Qur’an senantiasa turun kepada Beliau, dan menyerang orang-orang kafir secara gamblang : “sesunggunya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan neraka jahannam.” (TQS 21 : 98). 

 al Qur’an juga menyerang praktek riba yang telah turun temurun mewarnai kehidupan jahiliyah : “dan segala hal yang kalian datangkan berupa riba agar dapat menambah banyak harta manusia, maka riba itu tidak menambah apapun di sisi Allah.” (TQS 30:39), 

demikian juga dengan kecurangan2 dalam takaran yang sangat biasa terjadi : “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (TQS 83:1-3). 

Akibatnya, manusia-manusia jahil itu menghalangi dan menyakiti Rasulullah dengan fitnah, propaganda yang menyesatkan, pemboikotan bahkan penyiksaan fisik.

Di tengah cobaan yang sangat berat tersebut, datanglah kabar gembira akan kemenangan dari Madinah. Hal ini terjadi ketika beberapa orang dari suku khazraj datang ke Mekkah untuk berhaji. 

Kemudian Rasulullah mendatangi mereka, berdakwah kepada mereka dan merekapun akhirnya masuk Islam.Setelah selesai melaksanakan haji dan mereka kembali ke Madinah, mereka menceritakan keislaman mereka kepada kaumnya. Sejak saat itu cahaya Islam mulai muncul di Madinah.

Pada musim haji tahun berikutnya, datang 12 orang dari Madinah ke Mekkah, lalu mereka membai’at Rasulullah dalam peristiwan Bai’at ‘Aqobah pertama.

Bai’at ini adalah sebuah pernyataan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka akan berpegang teguh pada risalah Islam dan meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang rusak dan sesat yang selama ini mereka praktekkan dalam kehidupan. Ketika penduduk Madinah ini akan kembali, Rasulullah memerintahkan Mush’ab bin Umair untuk ikut bersama mereka dan mengajarkan Islam kepada penduduk Madinah.



Berbeda dengan penduduk Mekkah yang jumud dan berusaha untuk mempertahankan status quo, terutama para penguasa kekufuran seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan Abu Sofyan, penduduk Madinah lebih baik dan bersahabat dengan Islam. 

Mereka mau menerima agama baru tersebut. Bahkan ketika musim haji tiba dan Mush’ab kembali ke Mekkah serta melaporkan kepada Rasulullah tentang kondisi perkembangan Islam di Madinah yang sangat baik, Rasulullah mulai berpikir untuk memindahkan medan dakwah dari Mekkah ke Madinah.

Ketika rombongan haji dari Madinah yang berjumlah 75 orang datang, terjadilah peristiwah Bai’at Aqobah kedua. Bai’at ini adalah sebuah pernyataan dan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka penduduk Madinah akan melindungi Rasulullah dan menyerahkan kekuasaan kepada Rasulullah untuk memimpin mereka baik dalam kehidupan sehari-hari maupun memimpin mereka berperang melawan orang-orang yang menghalangi risalah Islam. 


Tidak lama setelah itu Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Madinah dan Rasulullah menyusul kemudian.

Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun masjid sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan ummat.

Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka. Beliau menunjuk Abu Bakar dan Umar sebagai pembantunya. Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.” Dengan demikian Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qlodi dan panglima militer. 

Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke luar Madinah.

Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu melindungi negara dan menyebarkan dakwah.

Setelah seluruh persoalan dalam negeri stabil dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkan pasukan militer untuk memerangi orang-orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam. Wallah’alam.

Skema Metode Dakwah Rasulullah

1.      PERIODE  MEKKAH
A. Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan
1.  Pemantapan Aqidah
2.  Pembentukan Syakhsiyah Islamiyah
3.  Pembentukan Kutlah/kelompok Dakwah
B. Tahapan Interaksi dan Perjuangan
1.  Pertarungan Pemikiran (shira’ul fikr)
2.  Perjuangan Politik (Kifahus siyasi)
2.      PERIODE  MADINAH
C.  Tahapan Penerapan Syarat Islam (tathbiq ahkam al Islam)
1.  Membangun Masjid
2.  Membina Ukhuwah Islamiyah
3.  Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4.  Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5.  Menyusun strategi politik dan militer
6.  Dakwah & Jihad keseluruh dunia 

Senin, 18 September 2017

INILAH ULIL AMRI MAKNA SYAR'I



1. Imam Asy-Syaukani berkata :

وأولي الأمر هم : الأئمة ، والسلاطين ، والقضاة ، وكل من كانت له ولاية شرعية لا ولاية طاغوتية

“Ulil amri adalah para imam, penguasa, hakim dan setiap orang yang memiliki kekuasaan syar’i dan bukan kekuasaan yang bersifatkan thoghut.” (Fathul Qadir, Asy-Syaukani, 1/556)

Apakah yang dimaksud Imam Asy Syaukani dengan kekuasaan yang bersifat thoghut? Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan, :

والطاغوت : عام في كل ما عبد من دون الله، فكل ما عبد من دون الله، ورضي بالعبادة، من معبود، أو متبوع، أو مطاع في غير طاعة الله ورسوله، فهو طاغوت ؛ والطواغيت كثيرة، ورؤوسهم خمسة …………الثاني : الحاكم الجائر، المغير لأحكام الله تعالى، والدليل قوله تعالى : ( ألم تر إلى الذين يزعمون أنهم آمنوا بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك يريدون أن يتحاكموا إلى الطاغوت وقد أمروا أن يكفروا به ويريد الشيطان أن يضلهم ضلالاً بعيداً) النساء

“Thoghut adalah nama umum bagi setiap yang diibadahi selain Allah. Segala yang diibadahi selain Allah dan dia ridho, baik itu diibadahi, diikuti, ditaati dalam ketaatan selain Allah maka itu adalah thoghut. Thoghut itu banyak, pembesarnya ada 5…yang kedua adalah Penguasa zalim yang mengganti hukum-hukum Allah. Dalilnya firman Allah, ‘Apakah kalian tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku beriman dengan apa yang diturunkan Allah kepadamu (Muhammad) dan apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhukum kepada thoghut padahal mereka diperintah mengingkarinya. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesetan sejauh-jauhnya.’ QS An Nisaa 60.” (Durar As Saniyah 1/150)

2. Fatawa Syekh Ibnu Baz. Tahqiq Asy-Syuwai'ir jilid 1 hal. 117, beliau berkata:

كما أنه ليس كل حاكم - سواء كان ملكا أو رئيس جمهورية - يسمى أمير المؤمنين, وإنما أمير المؤمنين من يحكم بينهم بشرع الله ويلزمهم به, ويمنعهم من مخالفته, هذا هو المعلوم بين علماء الإسلام والمعروف بينهم

"Sebagaimana tidaklah setiap pemimpin baik itu raja ataupun presiden dinamakan Amirul Mukminin. Yang dinamakan Amirul Mukminin HANYALAH orang yg memerintah atas mereka (rakyat) dengan SYARIAT ALLOH dan MENGHARUSKAN mereka dengan syariat itu serta MELARANG mereka menyelisihinya. Inilah yg sudah diketahui di kalangan para ulama Islam dan yg dikenal di kalangan mereka."

3. Ibnu Taimiyyah: Penguasa Yang Tidak Berhukum Dengan Syariat Allah Bukan Ulil Amri

Syaikh Abdullah Ibn Abdil Hamid al-Atsari rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul “Al-Wajiz Fii Aqiidati as-Salaf ash-Shalih Ahli Sunnah Wal Jama’ah” menukil perkataan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya Minhaj as-Sunnah (1/146), bahwa penguasa yang tidak berhukum dengan syariat Allah maka ia bukanlah ulul Amri (pemimpin kaum muslimin) yang wajib ditaati.

Beliau berkata dalam hasyiah kitab tersebut bahwa Ibn Taimiyyah rahimahullah berkata:

وأما من عطل منهم شرع الله ولم يحكم به وحكم بغيره ؛ فهؤلاء خارجون عن طاعة المسلمين فلا طاعة لهم على الناس ؛ لأنهم ضيعوا مقاصد الإمامة التي من أجلها نُصبوا واستحقوا السمع والطاعة وعدم الخروج ، ولأن الوالي ما استحق أن يكون كذَلك إلا لقيامه بأمور المسلمين ، وحراسة الدين ونشره ، وتنفيذ الأحكام وتحصين الثغور ، وجهاد من عاند الإسلام بعد الدعوة ، ويوالي المسلمين ويعادي أعداء الدين ؛ فإذا لم يحرس الدين ، أو لم يقم بأمور المسلمين ؛ فقد زال عنه حق الإمامة ووجب على الأُمة في حينها - متمثلة بأهل الحل والعقد الذين يرجع إِليهم تقدير الأمر في ذلك- خلعه ونصب أخر ممن يقوم بتحقيق مقاصد الإمامة إن استطاعوا ذلك ولم يترتب عليه مفسدة أعظم ؛ فأهل السنة عندما لا يجوزون الخروج على الأئمة بمجرد الظلم والفسوق فإنهم يريدون الإمام الذي يحكم بشرع الله تعالى لأن الفجور والظلم لا يعني تضييعهم للدين لأن السلف الصالح لم يعرفوا إمارة لا تحافظ على الدين فهذه عندهم ليست بإمارة شرعية أصلا ، وإنما الإمارة هي ما تقيم الدين ثم بعد ذلك قد تكون إمارة بَرة ، أو إِمارة فاجرة

Dan adapun pemimpin-pemimpin yang menyia-nyiakan syariat Allah dan tidak berhukum dengannya bahkan dia berhukum dengan hukum selain hukum Allah, maka mereka tidak termasuk dari pemimpin-pemimpin yang wajib bagi kaum muslimin untuk taat kepada mereka. karena itu, tidak ada kewajiban bagi manusia menaati mereka. Sebab mereka telah menyia-nyiakan tujuan dari pengangkatan diri mereka sebagai pemimpin, dimana karena tujuan itulah mereka diangkat yang menjadikan mereka memiliki hak untuk didengar dan ditaati serta tidak khuruj (keluar/memberontak) dari pemerintahan mereka. Karena sesungguhnya seorang pemimpin, dia tidak berhak untuk menjadi pemimpin kecuali melaksanakan urusan-urusan kaum muslimin, menjaga agama, menyebarkannya, melaksanakan hukum-hukumnya, menjaga kotanya, berjihad terhadap orang-orang yang melawan islam setelah tegaknya dakwah kepada mereka, mencintai kaum muslimin dan memusuhi orang-orang yang memusuhi agama.

Maka jika seorang pemimpin tidak menjaga agama, atau tidak mengurusi urusan-urusan dan kepentingan kaum muslimin, maka hilangnlah dari dirinya hak kepemimpinannya, lalu wajib bagi umat saat itu seperti ahlul halli wal aqdi yang kembali kepada mereka penetapan perkara ini untuk menunrunkannya dari jabatannya, dan mengangkat orang lain yang dapat melaksanaan tujuan kepemimipinan syar’iyyah, jika mereka mampu melakukan itu dan tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar.

Sesungguhnya Ahlusunnah ketika tidak membolehkan khuruj (keluar/memberontak) dari pemimimpin yang fasik dan zhalim maka yang mereka maksudkan adalah pemimpin yang berhukum dengan syariat Allah ta’ala, karena kefasikan dan kezhaliman tidak berarti menyia-nyiakan agama. Para salaf ash-shalih tidak mengenal kepemimpinan yang tidak menjaga agama. Maka kepemimpinan model seperti ini bagi mereka bukanlah kepemimpinan syar’i secara asalnya. Sesungguhnya kepemimpinan syar’i itu hanyalah yang menegakkan agama, lalu setelah itu diantaranya kadang ada yang baik dan kadang ada yang zhalim. (Al-Wajiz Fi Aqiidati as-Salaf ash-Shalih Ahli Sunnah Wal Jama’ah hal. 172.

Dari sini dipahami bahwasanya perkataan-perkataan Imam Ibn Taimiyyah rahimahullah yang menyebutkan wajibnya taat kepada ulil amri adalah mereka yang menjadikan al-Qur’an dan hadits sebagai hukum. Wallahu a’lam

Kitab ini telah di muraja’ah oleh beberapa ulama besar, mereka adalah:

1. Samahutu asy-Syaikh al-Allamah Abdullah Ibn Abdil Aziz al-Aqil

2. Fadhilatu asy-Syaikh al-allamah Abdullah Ibn Abdirrahman al-Jibrin

3. Fadhilatu asy-Syaikh al-Allamah Shalih Ibn Fauzan al-Fauzan

4. Fadhilatu al-Allamah al-Qadhi Muhammad Ibn Ismail  al-Umrani

5. Ma’ali asy-Syaikh Shlaih Ibn Abdil Aziz Ali Syaikh

Dan beberapa ulama besar lainnya.

dr  fb ust.Ibnu Alwan


Minggu, 10 September 2017

AGAMA BUKAN WARISAN (syarat dan ketentuan berlaku *)


© Doni Riw
Ibrahim muda, adalah putra pembuat berhala. Tapi tak lantas ia menjadi penyembah berhala. Karena bagi manusia tipe cerdas semacam Ibrahim, agama bukanlah warisan.
Ibrahim muda, mencari kebenaran tentang siapa gerangan Tuhan nya, dengan cara memperhatikan alam semesta, manusia, dan kehidupan.
Ibrahim muda adalah tipe manusia cerdas, yang tak cukup puas beragama dengan warisan dan perasaan semata.
Ibrahim muda kemudian ia menemukan bintang, bulan, dan matahari. Tetapi semua terbukti terbatas. Telah jelas bahwa semua itu bukanlah yang dia cari.
Sang Khalik haruslah sesuatu yang tak terbatas, tak mati, tak bergantung pada yang lain.
Sang Khalik haruslah tak seperti bintang, bulan, matahari.
Sang Khalik haruslah tak seperti manusia yang dilahirkan dan mati. Karena dari Nya lah semua bergantung.
  • Sang Khalik harus tak sama dengan seluruh mahluk yang ada di semesta. Karena semua mahluk itu terbatas dan tergantung pada yang lain.

Sampai Ibrahim Muda mendapatkan hujjah langsung dari Sang Pencipta semesta.
Manusia cerdas semacam Ibrahim alaihis salam menyadari benar, bahwa seluruh tujuan dan aktivitas hidupnya harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Sang Pencipta; Allah ta'ala.
Bukan sesuai hawa nafsu keinginannya sendiri. Bukan mengikuti kelaziman tradisi kaumnya, bukan mengikuti warisan orang tua dan leluhurnya.
Pada waktu yang ditentukan, Nabiullah Ibrahim a.s. wafat dan diteruskan oleh nabi dan rasul setelahnya, hingga berujung pada Rasulullah Muhammad Sallalahu alaihi wasalam.
Rasulullah Muhammad saw membawa mukjizat yang tak lekang hingga akhir zaman; AlQuran.
Hujjah dan Wahyu Allah yang menjabarkan tentang tujuan hidupa manusia di dunia beserta tata caranya.
Tak ada jalan keselamatan yang lain di luar jalan yang telah Allah tunjukkan melalui mukjizat akhir zaman, AlQuran, dan diteladankan dalam kehidupan Rasulullah dan Hadits-haditsnya.
Kemukjizatan AlQuran nampak di depan mata. Orang berakal nan cerdas akan mempelajarinya, tidak akan menganggapnya angin lalu.
Para pencari kebenaran yg serius akan menerima tantangan untuk membuktikan ketidak mukjizatan AlQuran. Dengan menciptakan tandingan atasnya.
Jika penerima tantangan itu tak bisa minciptakan tandingan, dan pasti tak akan bisa, maka secara cerdas dan rendah hati dia akan tunduk dan patuh pada apa yang Allah turunkan tersebut.
Apapun agama yang diwariskan orang tua pada diri kita, ketiak kita telah cukup dewasa, maka carilah kebenarannya, belajarlah, mengajilah, hijrahlah.
Karena agama bukan warisan.
Jadilah secerdas dan seikhlas Nabiullah Ibrahim as dan Rasulullah Muhammad saw.
Allahuma sholiala sayidina Muhammad wa alaalihi sayidina Muhammad, kama solaita ala sayidina Ibrahim wa alaalih sayidina Ibrahim.
nb:
Syarat dan ketentuan berlaku. Khusus bagi tipe manusia cerdas yang ikhlas menerima kebenaran

KALAU BUKAN KHILAFAH, LALU DENGAN APA LAGI?

Oleh: Ahmad Sudrajat (Khadim Majlis Sirah Shahabat) Yasir bin Amir berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui s...